SEJARAH DASAR – DASAR GEOGRAFI


GEOGRAFI DALAM ARTI ETIMOLOGI

Kata geografi berasal dari bahasa Yunani yaitu, geo yang berarti bumi dan graphien yang berarti tulisan. Jadi menurut ilmu etimologi, Geografi adalah tulisan tentang bumi. Istilah geografi pertama kali dikenalkan oleh Eratosthenes dengan nama Geographica.

Zaman Yunani Kuno (Abad 6SM-6M)

Ciri pemikirannya adalah kosmosentris, yakni mempertanyakan asal usul alam semesta dan jagad raya sebagai salah satu upaya untuk menemukan asal mula (arche) yang merupakan unsur awal terjadinya gejala. Dan beberapa tokoh filosof pada zaman ini menyatakan pendapatnya tentang arche, antara lain :

  • Thales (640- 550 SM)             :  arche berupa air
  • Anaximander (611-545 SM)   :  arche berupa apeiron (sesuatu yang tidak terbatas)
  • Anaximenes (588-524 SM)     :  arche berupa udara
  • Phytagoras (580-500 SM)       :  arche dapat diterangkan atas dasar bilangan-bilangan.

Selain keempat tokoh di atas ada dua filosof, yakni Herakleitos (540-475 SM) dan Parmindes (540-475 SM) yang mempertanyakan apakah realitas itu berubah, bukan menjadi sesuatu yang tetap. Pemikir Yunani lain yang merupakan salah satu yang berperan penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan adalah Demokritos (460-370 SM) yang menegaskan bahwa realitas terdiri dari banyak unsur yang disebut dengan atom (atomos, dari a-tidak, dan tomos-terbagi). Selain itu, filosof yang sering dibicarakan adalah Socrates (470-399 SM) yang langsung menggunakan metode filsafat langsung dalam kehidupan sehari-hari yang dikenal dengan dialektika (dialegesthai) yang artinya bercakap-cakap.  Hal ini pula yang diteruskan oleh Plato (428-348 SM). Dan pemikiran filsafat masa ini mencapai puncaknya pada seorang.


Istilah geografi dikemukakan pertama kali oleh Erasthosthenes (276-195 SM), yang berarti geobumidan graphein =gambaran, jadi geografi adalah gambaran tentang bumi. Sejarah perkembangan ilmu geografi dibedakan menjadi 5 pandangan yaitu:

Beberapa definisi geografi menurut para ahli,yakni:

  • Erastothenes (abad ke-1)    Geografi berasal dari kata geographica yang berarti penulisan atau penggambaran mengenai bumi.
  • Ullman (1954)    Geografi adalah interaksi antar ruang.
  • Strabo (1970)    Geografi erat kaitannya dengan faktor lokasi, karakterisitik tertentu dan hubungan antar wilayah secara keseluruhan. Pendapat ini kemuadian disebut konsep Natural Atrribut of Place.
  • Prof. Bintarto (1981  Geografi mempelajari hubungan kausal gejala-gejala di permukaan bumi, baik yang bersifat fisik maupun yang menyangkut kehidupan makhluk hidup beserta permasalahannya melalui pendekatan keruangan, kelingkungan, dan regional untuk kepentingan program, proses, dan keberhasilan pembangunan.
  • Hasil seminar dan lokakarya di Semarang (1988   Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kewilayahan dan kelingkungan dalam konteks keruangan.
  • Preston E. James, mengemukakan geografi berkaitan dengan sistem keruangan, ruang yang menempati permukaan bumi. Geografi selalu berkaiatan dengan hubungan timbal balik antara manusia dan habitatnya.
  • Maurice Le Lannou (1959)mengemukakan bahwa Objek study geografi adalah kelompok manusia dan organisasinya di muka bumi
  • Paul Claval (1976) berpendapat bahwa Geografi selalu ingin menjelaskan gejala gejala dari segi hubungan keruangan
  • Karl Ritter, Geografi ialah studi tentang daerah yang berbeda-beda di permukaanbumi (Different areal) dalam keragamannya.
  • John Hanrath , Geografi adalah pengetahuan yang menyelidiki persebaran gejalagejalafisik biologis dan antropologis pada ruang di permukaan bumi,sebab akibat dan gejala menurut ukuran nilai, motif yang hasilnya dapat dibandingkan.
  • Vernor E. Finch dan Glen Trewartha (1980), Geografi adalah deskripsi dan penjelasan yang menganalisis permukaan bumi dan pandangannya tentang hal yang selalu berubah dan dinamis, tidak statis dan tetap. Dari pengertian di atas Vernor & Glen menitikberatkan pada aspek fisik yang ada di bumi yang selalu berubah dari masa ke masa.
  • Hartshorne (1950) , Geografi adalah ilmu yang berkepentingan untuk memberikan deskripsiyang teliti, beraturan, dan rasional tentang sifat variabel permukaan bumi. Dalampandangan Hartshorne, geografi adalah suatu ilmu yang mampu menjelaskan tentang sifat-sifat variabel permukaan bumi secara teliti, beraturan, dan rasional.
  • Yeates (1963), Geografi adalah ilmu yang memerhatikan perkembangan rasional dan lokasi dari berbagai sifat yang beraneka ragam di permukaan bumi. Dalam pandangan Yeates, geografi adalah ilmu yang berperanan dalam perkembangan suatu lokasi yang dipengaruhi oleh sifat-sifat yang ada di permukaan bumi dengan tidak mengenyampingkan alasan-alasan yang rasional.
  • Alexander (1958), Geografi adalah studi tentang pengaruh lingkungan alam pada aktivitas manusia. Dalam pandangan Alexander inilah mulai dibahas tentang hubungan timbal balik antara aktivitas manusia serta pengaruhnya terhadap lingkungan alam.
  • Von Rithoffen (1905), Geografi adalah studi tentang gejala dan sifat-sifat permukaan bumi serta penduduknya yang disusun berdasarkan letaknya, dan mencoba menjelaskan hubungan timbal balik antara gejala-gejala dan sifat tersebut.

Istilah geografi kali pertama diperkenalkan seorang ahli filsafat dan astronomi terkenal yang bernama Eratosthenes (276–194 SM).

Pada masa itu, ilmu geografi pada umumnya menceritakan berbagai tempat di permukaan Bumi sebagai hasil penjelajahan ke berbagai penjuru dunia yang dikenal dengan aliran Logografi.

Pada tempat yang berbeda, penjelajahan mendapatkan daerah-daerah yang belum diketahui telah dimulai sejak 985 SM, yaitu ketika orang Cina pada jaman kekaisaran Mu Wang mendapatkan Gurun Gobi. Setelah itu banyak bangsa-bangsa lain mengadakan perjalanan ke daerah-daerah yang belum diketahui. Sebut saja Iskandar Zulkarnain (Alexander Agung) mendatangi Hindukush dan Punjab di India tahun 330 SM, namun karena belum banyak ditulis maka hasil penjelajahannya belum banyak terungkap dan pengetahuan tentang bumi masih relatif sedikit.

Catatan lain tentang bumi ditulis oleh Bangsa Arab yaitu pada Dinasti Abassiyah di masa pemerintahan Khalifah Abu Ja’far al Mansur (754-775 M) dan pada jaman kekhalifahan Al-Ma’mun. Buku atau kitab yang berisi tentang peta bumi diberi judul as-Surah al-Ma’muniayah. Selain membuat buku, bangsa Arab juga menerjemahkan buku-buku karangan bangsa Yunani Kuno seperti karya Marinus dan Ptolemues.

Penjelahan yang meninggalkan catatan sejarah mulai tampak pada tahun 1246 yaitu ketika Giovani Delcarpini (Bangsa Italia) menemukan Mongolia, Longimeau (bangsa Prancis) menjelajahi daerah pegunungan Karakorum, dan Ordorico Portenone (1318-1330) seorang Vatikan mengungkapkan tentang negeri Cina dan Tibet.

Perjalanan mengarungi lautan luas telah ditempuh oleh Bartolomeus Dias (orang Portugis) yaitu ke Tanjung Harapan (Cape of Good Hope) di Afrika Selatan dan diteruskan dengan mengarungi Samudra India ke Kalikut di India tahun 1486. Penjelajahan Bartolomeus Diaz diulangi oleh Vasco da Gama tahun 1498 sampai akhirnya menemukan Indonesia.

Ditempat lain, pada tahun 1492 – 1493, Colombus seorang Genoa mengarungi Samudra Atlantik sampai ke kuba dan Haiti. Perjalanannya untuk mencari Benua Amerika. Tokoh penjelajah lainnya yang cukup terkenal adalah Marcopolo (1272 – 1295) yang melakukan perjalanan dengan maksud berpetualang dan menjelajahi Asia Timur dan Asia Tengah.

Dari perjalanan mereka, banyak diterbitkan kisah-kisah perjalanan tentang daerah-daerah, tempat-tempat dan bangsa-bangsa yang dijumpai. Kisah-kisah yang mereka tulis antara lain tentang keadaan fisiografi muka bumi, cuaca, lautan, gelombang, arus dan ikan-ikannya, hutan-hutan, tumbuh-tumbuhan dan binatang-binatang yang dilihat dan dijumpai. Semua tulisan hasil perjalanan para pendahulu itu dinamankan logografi yang kelak akan memperkaya pengetahuan tentang bumi dan merangsang ke arah lahirnya ilmu geografi (Abdurachim, 1986:9).

Hal tersebut dilakukan dengan membandingkan panjang busur dua kota di Mesir, yaitu Alexandria (Iskandariyah) dan Seyne (Aswan) dengan panjang keliling Bumi secara keseluruhan. Adapun dari hasil pengamatannya, Eratosthenes memperkirakan panjang keliling Bumi adalah 252.000 stadia (1 stadia = 157 meter). Hasil pengukuran Eratosthenes ini pada akhirnya menjadi dasar dalam pembuatan globe pertama yang dikembangkan Crates (150 SM). Bentuk globe pertama buatan Crates tentunya masih sangat sederhana. Pengertian geografi ini terus mengalami perkembangan dari waktu ke waktu seiring dengan kemajuan pemikiran, pemahaman, dan penelaahan manusia. Seorang ahli astronomi dan matematika bernama Claudius Ptolemaeus (87–150 M).


Setelah abad ke-18 geografi mulai dikenal sebagai disiplin ilmu yang lengkap dan menjadi bagian dari kurikulum di universitas di Eropa (terutama di Paris dan Berlin), tetapi tidak di Inggris dimana geografi hanya diajarkan sebagai sub-disiplin dari ilmu lain. Salah satu karya besar jaman ini adalah Kosmos: sketsa deskripsi fisik Alam Semesta, oleh Alexander vom Humboldt.

Alexander von Humboldt, in full Friedrich Wilhelm Heinrich Alexander, Freiherr (baron) von Humboldt, (born Sept. 14, 1769, Berlin—died May 6, 1859, Berlin), German naturalist and explorer who was a major figure in the classical period of physical geography and biogeography—areas of science now included in the earth sciences and ecology. With his book Kosmos he made a valuable contribution to the popularization of science. The Humboldt Current off the west coast of South America was named after him.

Humboldt’s social standing assured him of access to official circles, and in the Spanish prime minister Mariano de Urquijo he found an enlightened man who supported his application to the king for a royal permit. In the summer of 1799 he set sail from Marseille accompanied by the French botanist Aimé Bonpland, whom he had met in Paris, then the liveliest scientific centre in Europe. The estate he had inherited at the death of his mother enabled Humboldt to finance the expedition entirely out of his own pocket. Humboldt and Bonpland spent five years, from 1799 to 1804, in Central and South America, covering more than 6,000 miles (9,650 kilometres) on foot, on horseback, and in canoes. It was a life of great physical exertion and serious deprivation.

Starting from Caracas, they travelled south through grasslands and scrublands until they reached the banks of the Apure, a tributary of the Orinoco River. They continued their journey on the river by canoe as far as the Orinoco. Following its course and that of the Casiquiare, they proved that the Casiquiare River formed a connection between the vast river systems of the Amazon and the Orinoco. For three months Humboldt and Bonpland moved through dense tropical forests, tormented by clouds of mosquitoes and stifled by the humid heat. Their provisions were soon destroyed by insects and rain; the lack of food finally drove them to subsist on ground-up wild cacao beans and river water. Yet both travellers, buoyed up by the excitement provided by the new and overwhelming impressions, remained healthy and in the best of spirits until their return to civilization, when they succumbed to a severe bout of fever.

After a short stay in Cuba, Humboldt and Bonpland returned to South America for an extensive exploration of the Andes. From Bogotá to Trujillo, Peru, they wandered over the Andean Highlands—following a route now traversed by the Pan-American Highway, in their time a series of steep, rocky, and often very narrow paths. They climbed a number of peaks, including all the volcanoes in the surroundings of Quito, Ecuador; Humboldt’s ascent of Chimborazo (20,702 feet [6,310 metres]) to a height of 19,286 feet (5,878 metres), but short of the summit, remained a world mountain-climbing record for nearly 30 years. All these achievements were carried out without the help of modern mountaineering equipment, without ropes, crampons, or oxygen supplies; hence, Humboldt and Bonpland suffered badly from mountain sickness. But Humboldt turned his discomfort to advantage: he became the first person to ascribe mountain sickness to lack of oxygen in the rarefied air of great heights. He also studied the oceanic current off the west coast of South America that was originally named after him but is now known as the Peru Current. When the pair arrived, worn and footsore, in Quito, Humboldt, the experienced mountaineer and indefatigable collector of scientific data, had no difficulty in assuming the role of courtier and man of the world when he was received by the Viceroy and the leaders of Spanish society.


Determinisme lingkungan adalah teori yang menyatakan bahwa karakteristik manusia dan budayanya disebabkan oleh lingkungan alamnya. Penganut fanatik deteriminisme lingkungan adalah Carl Ritter, Ellen Churchill Semple dan Ellsworth Huntington. Hipotesis terkenalnya adalah “iklim yang panas menyebabkan masyarakat di daerah tropis menjadi malas” dan “banyaknya perubahan pada tekanan udara pada daerah lintang sedang membuat orangnya lebih cerdas”. Ahli geografi determinisme lingkungan mencoba membuat studi itu menjadi teori yang berpengaruh. Sekitar tahun 1930-an pemikiran ini banyak ditentang karena tidak mempunyai landasan dan terlalu mudahnya membuat generalisasi (bahkan lebih sering memaksa). Determinisme lingkungan banyak membuat malu geografer kontemporer, dan menyebabkan sikap skeptis di kalangan geografer dengan klaim alam adalah penyebab utama budaya (seperti teori Jared Diamond).

Pada tahun 1800-an, muncul seorang ahli geografi Prancis terkenal, Paul Vidal de la Blache yang membawa Aliran Possibilisme. Aliran ini beranggapan bahwa manusia memiliki peluang besar untuk menentukan pola kehidupannya. Konsep ini dikenal dengan konsep Genre De Vie. Artinya, tipe proses produksi dipilih oleh manusia dari berbagai kemungkinan yang disediakan oleh alam. Berbeda dengan Aliran Fisik Determinisme, aliran ini lebih menekankan pada faktor manusi dalam mengelola alam.

Geografi regional menegaskan kembali topik bahasan geografi pada ruang dan tempat. Ahli geografi regional memfokuskan pada pengumpulan informasi deskriptif tentang suatu tempat, juga metode yang sesuai untuk membagi bumi menjadi beberapa wilayah atau region. Basis filosofi kajian ini diperkenalkan oleh Richard Hartshorne.

Revolusi kuantitatif adalah usaha geografi untuk mengukuhkan dirinya sebagai ilmu (sains), pada masa kebangkitan interes pada sains setelah peluncuran Sputnik. Revolusioner kuantitatif, sering disebut “kadet angkasa”, menyatakan bahwa kegunaan geografi adalah untuk menguji kesepakatan umum tentang pengaturan keruangan suatu fenomena. Mereka mengadopsi filosofi positifisme dari ilmu alam dan dengan menggunakan matematika – terutama statistika – sebagai cara untuk menguji hipotesis. Revolusi kuantitatif merupakan landasan utama pengembangan Sistem Informasi Geografis.

Geografi kritis muncul sebagai kritik atas positifisme dengan latar belakang filosofi eksistensialisme dan fenomenologiWalaupun pendekatan positifisme dan pos-positifisme tetap menjadi hal yang penting dalam geografi, tetapi kemudian geografi kritis muncul sebagai kritik atas positifisme. Yang pertama adalah munculnya geografi manusia. Dengan latar belakang filosofi eksistensialisme dan fenomenologi, ahli geografi manusia (seperti Yi-Fu Tuan) memfokuskan pada peran manusia dan hubungannya dengan tempat. Pengaruh lainnya adalah geografi marxis, yang menerapkan teori sosial Karl Marx dan pengikutnya pada geografi fenomena. David Harvey dan Richard Peet merupakan geografer marxis yang terkenal. Geografi feminis, seperti pada namanya, menggunakan ide dari feminisme pada konteks geografis. Arus terakhir dari geografi kritis adalah geografi pos-modernis, yang mengambil ide teori pos-modernis dan pos-strukturalis untuk menjelajahi konstruksi sosial dari hubungan keruangan.

Tokoh lain yang sangat dalam pengembangan kajian ilmu geografi adalah Bernhardus Varenius (1622–1650). Dalam bukunya yang berjudul Geographia Generalis, Varenius mengemukakan pendapat bahwa pada dasarnya bidang kajian geografi dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu sebagai berikut.

a. Geografi Umum

  1. Bagian terestrial, yaitu pengetahuan tentang Bumi sebagai keseluruhan bentuk dan ukurannya.
  2. Bagian falakiah, yaitu bagian yang menelaah relasi Bumi dengan planet serta bintang-bintang di jagat raya.
  3. Bidang komparatif, yaitu deskripsi mengenai Bumi secara lengkap. Dalam hal ini meliputi letak relatif dari berbagai tempat di permukaan Bumi serta prinsip-prinsip pelayaran samudra

b. Geografi Khusus

  1. Aspek langit, yaitu aspek yang secara khusus mempelajari keadaan iklim.
  2. Aspek permukaan Bumi, (litosfer) yaitu aspek yang mem pelajari mengenai relief atau bentuk muka bumi, flora serta fauna di berbagai wilayah di permukaan Bumi.
  3. Aspek manusia, yaitu aspek yang mempelajari aspek penduduk, perdagangan, dan pemerintahan di berbagai wilayah.

Geografi khusus ini kemudian berkembang menjadi geografi regional yang membahas berbagai wilayah di permukaan Bumi.


Dari sejarah perkembangan geografi di atas, akhirnya Rhoad Murphey pada tahun 1966 mencoba menyimpulkan pendapat para ahli. Menurut Murphey ruang lingkup geografi (dalam bukunya The Scope of Geography) terdiri atas:

  1. Persebaran dan hubungan ummat manusia di muka bumi dengan aspek keruangan tempat tinggalnya. Geografi juga mempelajari tentang bagaimana menggunakan ruang di atas permukaan manusia.
  2. Interaksi antara kehidupan manusia dengan lingkungan fisik yang merupakan bagian dari kajian keanekaragaman wilayah.
  3. Kerangka pikir dan analisis regionalnya adlaah wilayah-wilayah yang lebih spresifik.

Pada tahun 1980, P. Hagget yang dikutip Suharyono (1988) menggambarkan tiga kesepakatan para ahli geografi tentang unsur-unsur yang dipelajari geografi yaitu:

  1. Geografi mempelajari tentang permukaan bumi. Bumi sebagai lingkungan hidup manusia, yaitu suatu lingkungan mempengaruhi hidup manusia dan mengorganisasi dirinya.
  2. Geografi memusatkan perhatiannya kepada organisasi keruangan manusia dan hubungan ekologinya dengan lingkungan hidupnya itu, dan
  3. Geografi sangat sensitif terhadap kekayaan dan keanekaragaman yang ada dipermukaan bumi.

Tinggalkan komentar