TUHAN, ANGIN DAN RASA SAKIT


Analogis “Antara Angin dan Tuhan” 

– Berdasarkan Kedua sisi
Tuhan dirasakan oleh emosi, ini subjektif. Sama subjektifnya dengan ketika saya merasakan sinterklas benar-benar mencintai saya dengan hadiah-hadiah natalnya. Orang lain tidak merasakan hal ini karena ini subjektif, hanya saya saja. Angin dirasakan oleh indera. Ini objektif. Siapapun yang punya indera peraba bisa merasakan sepoi-sepoi. Siapapun yang punya indera penglihatan bisa melihat tornado. Siapapun yang punya indera pendengaran bisa mendengar hembusan angin.

Sayangnya entah kenapa orang religius tidak bisa membedakan kedua hal ini (emosi dan inderawi), padahal sudah diajarkan di sekolah.
yang kedua, dari bukti.Tuhan tidak bisa dibuktikan ada, tapi angin bisa. Kecepatan angin bisa diukur. Udara bisa buat mengembangkan balon udara dan menerbangkan pesawat. Singkat kata, ada definisi dan ukuran yang jelas untuk angin dan udara.
Kalau mau dibedah per komponen juga bisa. Udara bisa didinginkan sampai -200 derajat celsius, kita akan bisa MELIHAT oksigen sebagai cairan biru muda.

Tuhan?
Kesimpulannya, ini miskonsepsi umum tentang ateisme, atheis tidak percaya tuhan BUKAN karena tuhan tidak terlihat, tapi karena tidak terbukti atau tidak memiliki bukti empiris.

lalu aktivitas perasaan bisa diamati, bukan hal gaib ukur aja aktivitas otak dan perubahan hormon orang yg sedang merasakan cinta, itulah cinta.. Kombinasi hormon dan aktivitas otak itulah bukti cinta.. Gak ada yang gaib tentang cinta kecuali bagi orang yang belum tau bahwa aktivitas otak itu ternyata bisa diukur dengan alat.. Seringkali kurang pengetahuan menyebabkan orang dengan gampangnya apa-apa dilabeli “fenomena gaib”…

Untuk mengukur sesuatu yg objektif, tidak hanya mengandalkan “harus bisa dilihat”, tidak juga hanya mengandalkan “harus bisa dideteksi indera”, tapi juga bisa dideteksi dengan alat bantu.. Kalo dengan semuanya tidak terdeteksi, barulah tidak bisa dibuktikan secara objektif.. 🙂

Dapat diobservasi belum tentu dapat dilihat kasat mata. Aktivitas otak pun dapat diamati (bahkan respons otak terhadap stimulus yang menyebabkan rasa sakit) dengan bantuan berbagai macam alat, misalnya fMRI. Tidak perlu lagi membelah otak. Bagian otak yang merespons rasa sakit ada di gambar berikut:http://www.technologyreview.com/news/425417/an-objective-way-to-measure-pain/

Di sisi lain, penglihatan juga tidak selalu dapat dipercaya. Halusinasi disebabkan oleh banyak hal. Skizofrenia, misalnya, adalah salah satu penyebab yang sangat umum.

Ada daftar di bawah—
http://en.wikipedia.org/wiki/Hallucination#Cause
lu anak kedokteran? pernah denger CT Scan?
sekarang apa lu pernah liat lubang pantat lu sendiri? belum? apakah berarti lu gak punya lubang pantat? LOL
angin bisa diukur dengan cara lain, bahkan bisa keliatan kalau anginnya berkumpul dan besar kayak angin puyuh.
lalu tuhan mana nih yang dimaksud? tuhan yahweh? ahura mazda? allah?
dan kesalahan besar kalau kamu mencoba nyamain tuhan sama angin, karena itu sama aja bilang kalau tuhan = kentut.
Angin itu real walaupun tidak terlihat secara visual, bisa diukut, bisa dimanipulasi dan dimanfaatkan bisa dipelajari, bisa menyebabkan erosi, bisa menjadi badai, bisa dijadikan sumber energi, bisa dipelajari polanya, dll..
http://en.wikipedia.org/wiki/Wind
Sedangkan tuhan itu subjective berdasarkan yg merasakannya atau doktrin yang masuk ke otaknya, yang tidak lebih dari konsep imajiner.

Ada bnyak tuhan, databasenya ada disini :
http://www.godchecker.com/
Anda bisa merasakan berbagai macam tuhan yg ada sesuai selera anda..

— Standar jawaban : Tuhan Vs angin.

1. Kita bisa melihat udara memiliki efek.
2. Kita dapat melakukan analisis kimia untuk melihat apa yang terkandung dalam udara dan dalam jumlah berapa.
3. Kita bisa mengukur kekuatan (tekanan) yang diberikan oleh udara.
4. Kita bisa dan telah membentuk model prediksi untuk udara dan dampaknya pada lingkungan kita. Ini diuji positif
5. Kita bisa melihat udara dengan mengurangi suhu…

Analogi angin tuh Failed.. Angin bisa dirasakan, bila angin berkumpul bisa berupa badai, tornado, puting beliung dan itu semua bisa dilihat dan dirasakan.. Lagian angin juga bisa di ukur.. Tuhan? Coba buktikan..

Untuk mengantisipasi pertanyaan lanjutan dari anda: sakit tidak punya kualitas berat, warna,panjang, tinggi, lebar, dsb.
jangan menggunakan metrik yang salah untuk mengukur objek. gunakan metrik yang tepat. tidak semua benda punya kualitas berat/massa(pendidikan, kebahagiaan, dst), warna(sakit, panas, tabrakan,dst), dll.
untuk lebih jelas tentang pengukuran, akan ada mata kuliah Pengukuran 3 sks di fakultas MIPA.

manusia tidak hanya memiliki indera penglihatan. Ini berarti bahwa suatu benda tidak mesti dapat dilihat untuk dapat diakui ada. Angin dapat dilihat melalui efeknya pada dedaunan, melalui rasa dingin di kulit, dst.Alat seperti anenometer bahkan dapat mengukur kecepatan angin dengan akurat.

Tentang angin cukup di sini. Penjawab yang lain harap tidak perlu melayani debat kusir. Silakan post thread baru untuk pertanyaan baru.
Ada banyak hal didunia ini yang dapat dibuktikan eksis tanpa harus melibatkan perspektif visual, Angin, Asin, Gerah ,Akal dll, tapi mereka ini bukan sosok yang personal dan Maha Bisa,

Saya bertanya punya pengalaman bertemu Tuhan..??
saya hanya kembali ke “Pengalaman Hidup”
Kasihan. Di saat manusia sudah menguasai aerodinamika lebih dari 1 abad terakhir, ada yang masih gak tahu apa itu angin di 2012. Saya turut berduka terhadap kegagalan pendidikan anda.
…keberadaan sesuatu itu tidak harus bisa dilihat menggunakan mata, ada banyak macam pembuktian, manusia memiliki beberapa indera selain mata, seperti:

– angin, ia ada bukan karena bisa dilihat, namun ia ada karena bisa dirasakan, bisa diukur kecepatannya dengan alat yg disebut anemometer- kentut, ia ada bukan karena bisa dilihat, namun ia ada karena bisa dibaui, bisa didengar (kalau yg bersuara).- suara, ia ada bukan karena bisa dilihat, namun ia ada karena bisa didengar, bisa diukur.

Nah ketiga hal diatas tentu bukan hayalan/imaginasi/ngibul hanya karena tidak bisa dilihat wujudnya, sama seperti elektron, elektron memang tidak bisa dilihat dengan mata telanjang, namun ia bisa dideteksi dengan alat/cara yang lain, keberadaan elektron dapat dideteksi melalui eksperimen sinar katode, dan beberapa eksperimen lainnya, yang hasilnya dapat dipertanggungjawabkan secara obyektif serta dapat difalsifikasi, inilah yg dapat dijadikan bukti bahwa elektron itu ada, dan menjadi salah satu partikel dasar penyusun atom di alam semesta ini.

Dunia sudah menguasai aerodinamika (kalo gak tau, ini ilmu yang mempelajari pergerakan udara), punya barometer (kalo gak tau, ini alat pengukur tekanan udara), bisa memisah-misah unsur bahkan sampe gas mulia. Eh anda masih ribut “bisa lihat udara?”
Lampu neon itu isinya udara, bisa nyala kan? Matahari itu helium, bisa kelihatan kan?

Tidak juga. Tidak melihat bukan berarti tidak dapat diobservasi. Udara tak dapat dilihat, tapi dapat dirasakan.

Tuhan tak ada, maka tak dapat dirasakan.
Seorang ateis bukan tidak percaya karena tidak melihat/merasakan. Banyak hal yang kita tidak bisa lihat/rasakan tapi nyatanya ada karena terbukti ada, seperti gelombang radio.

Anda harus pahami bahwa teori ilmiah itu artinya SUDAH TERBUKTI. Sekalipun anda tidak percaya gravitasi, anda bisa membuktikannya bahkan menghitungnya, dan hasilnya bisa diprediksi.

Kenapa anda tidak percaya Doraemon itu ada? Ini alasan yang sama kenapa ateis tidak percaya Tuhan itu ada.
“yang saya tangkap di sini ateis itu lebih menginginkan “wujud fisik” dari Tuhan ya…”
bukan melulu wujud fisik, namun bukti yg valid dan obyektif, suara, energi, cahaya, atmosfer, ozon, sinar kosmik, gelombang elektromagnet, itu gak berwujud fisik, namun bisa diukur, bisa dibuktikan keberadaannya secara obyektif, maka mereka semua itu ada, nah kalo tuhan? apa bukti obyektifnya?

Keberadaan gaya magnet, listrik, elektron, proton, dan neutron bisa dibuktikan keberadaannya.. Setidaknya ada dampak yang bisa diamati dari keberadaan gaya magnet, listrik, elektron, proton, dan neutron..

Logika :

premis 1 : manusia bernafas dengan paru-paru
premis 2 : gue manusia?

gue bernafas dengan paru2?
sebenernya agak dongok gak sih kalo nanya “lu punya paru2 ga?”
kalo cuma karena gak bisa dilihat sih, banyak hal yg gak bisa dilihat, tp bisa dibuktikan keberadaannya secara obyektif.. Kita punya kurang lebih 13 indra untuk mendeteksi keberadaan sesuatu.. belum lagi alat ukur lain yg dibuat oleh manusia..
tuhan, tidak bisa dibuktikan keberadaannya secara obyektif, menggunakan semua indra dan alat2 ukur yang ada..(iman bukan alat ukur loh.. itu sih subyektif)masalah kepercayaan awal sblm ateis ya pada beda2.. ada yg dari islam, kristen, dankawankawan.. ada jg yg emang dr kecil beruntung gak pernah dicekokin agama sama ortunya.. hanya diajarkan cara berpikir kritis dan moralitas.. *iri*
Perasaan itu umbrella term. Sebetulnya yang diwakili oleh kata perasaan itu salah duanya adalah: emosi dan inderawi.

Cinta bisa dibuktikan keberadaannya dengan mengukur perubahan hormonal, dan aktifitas otak, ia merupakan reaksi kimiawi.. itu logis dan dapat dijelaskan..untuk bisa dianggap ada, gak perlu berwujud (alias dapat dilihat) yang penting bisa diukur/dideteksi secara obyektif..

Perasaan yang namanya emosi itu jatuhnya di feel, bukan sense. Jadi ya memang tidak pernah dirasakan oleh indera.

Cinta itu banyak perasaan jadi satu. Euforia, jingkrak-jingkrak, itu karena dopamine pada otak. Ini perasaan yang sama dengan saat anda konsumsi cocaine. Deg-degan terus, itu karena sebetulnya kita grogi atau takut (takut salah, takut kehilangan, takut gagal pdkt). Ini ditrigger oleh adrenalin. yang bikin seneng, nyaman, itu serotonin. Lucunya bila dites kadar serotonin orang yang jatuh cinta sama OCD, kadarnya sama.

Jadi kalo anda orang OCD, lagi panjat tebing sambil konsumsi cocaine, anda bakal merasakan “cinta”.

Gas oksigen, nitrogen, sinar X, gelombang radio, elektron, itu semua adalah benda-benda gaib? Berarti memang kita punya perbedaan definisi. Masalahnya bukan soal percaya/tidak percaya, dan masih jauh lagi dari epistemologi atau ontologi. Kita bahas bahasa dan definisi aja sebelum lanjut 🙂

Dapat diobservasi tidak sama dengan dapat dilihat. Kita tidak dapat melihat musik, mendengar warna, dan sebagainya. Sederhananya, oksigen, angin, suara, masing-masing dapat diobservasi dengan metode tertentu (pikirkan gauge/alat pengukur di tangki elpiji/scuba diving). Tidak begitu dengan Tuhan. Yang kami butuhkan untuk percaya hanya bukti yang obyektif. Untuk mendapatkan bukti, sesuatu harus pertama-tama dapat diobservasi.

Tinggalkan komentar